Masyarakat Simalungun adalah patrilineal. Marga diturunkan
kepada generasi berikutnya melalui pihak laki-laki. Orang yang memiliki marga
yang sama adalah berarti sebagai saudara seketurunan sehingga dipantangkan
(tidak diperbolehkan) untuk saling menikah.
Marga-marga pada suku Simalungun terdiri atas 4 marga asli,
yaitu:
Damanik
Purba
Saragih
Sinaga
Keempat marga di atas berasal dari marga para Raja-Raja di
Simalungun. Selain itu ada juga marga-marga yang berasal dari luar Simalungun
yang sejak dahulu ikut menetap di wilayah adat Simalungun, kemudian menjadi
sub-bagian dari 4 marga di atas.
Bagi pihak perempuan, marga disebut sesudah kata boru (biasa
disingkat br.). Apabila perempuan Simalungun (mis: Maria boru Saragih), menikah
dengan laki-laki bermarga Purba, maka ia akan dipanggil sebagai Maria Purba
boru Saragih.
Masyarakat suku Simalungun juga memiliki aksara, seperti
halnya etnik-etnik batak yang sebagian besar memiliki aksara. Aksara yang
digunakan suku Simalungun disebut aksara Surat Sisapuluhsiah.
Dalam bertahan hidup, pada umumnya orang Simalungun hidup
berkebun dengan berbagai macam tanaman dan pada tanaman padi ladang atau sawah.
Padi sebagai makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika
hasil padi tidak mencukupi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar